Kawanku
di Gaza, gimana kabarmu disana..
Kalau
aku dan kawan-kawan disini, baik-baik saja.
Terlalu
baik-baik saja malah.
Semalam,
kami begadang nonton bola lho..
Sambil
makan kacang rebus dan nyeduh kopi.
Seru
sekali melihat Muller, dkk beraksi.
Tendangannya
itu kayak ada magnetnya,
Wuuusshh…
dan…
Goooooollll…
Jadilah
semalam suntuk kami tidak tidur.
Menahan
kantuk demi bola yang luar biasa itu.
Lusa
yang lalu, pemilihan presiden dilakukan disini,
Indonesia..
Kamu
tahu, kawan, suasana politiknya begitu panas.
Lebih
panas dari rawon yang baru matang. Suer.
Banner,
spanduk, iklan politik dimana-mana.
Ee,,,
giliran selesai pemilu,
Hasilnya
simpang-siur gak jelas.
Untung
aja ayahku bukan pengurus partai,
Jadi
gak perlu pusing, kan..
Kawan..
Kami
disini panas-dingin nunggu final Piala Dunia.
Semoga
aja Jerman bisa menang ya..
Biar
saja..
Biar
Bang Somad, penjaga warung kopi disini, tahu..
Kalau
prediksi amatirannya itu salah.
Masa’
Argentina dibilang lebih jago,
Gak
bisa seperti itu.
Germany
must go on!
Kalau
kamu, dukung yang mana..?
Kamu
di Gaza sana, nonton bola juga, kan?
Kawan..
Di
negaraku ini, muslimnya paling banyak di dunia lho.
Jauh
lebih banyak dari pada di negaramu, Palestina, sana.
Waduh,
kalau haji jangan ditanya, meledak kuotanya!
Sekali
musim, dua ratus ribu lebih jama’ah yang berangkat.
Kalau
daftar sekarang, hmm, enam belas tahun lagi baru bisa.
Hebat
kan, selama itu nunggu hajinya..
Sudah
jauh, lama lagi.
Enak
kamu ya, deket ke Arab, kan tetangga.
Hei,
kawan..
Aku
lihat di tivi, katanya disana lagi perang ya..
Beneran
perang..?
Banyak
ledakan dimana-mana, ya..
Itu
sungguhan kah..?
Di
tivi, dilihatkan korban yang berdarah-darah.
Kepala
pecah, tubuh terluka, isak tangis dimana-mana..
Rumah-rumah
hancur, keluarga meninggal satu per satu.
Kawan,
Saudaraku di Gaza..
Sungguh,
maafkan kami.
Kami
dari kemarin sibuk begadang nonton bola.
Sedangkan
bagimu, bisa bangun malam untuk tahajjud,
tanpa
ada bom yang jatuh tiba-tiba, adalah nikmat yang luar biasa.
Menjelang
dini hari, mata kami berat untuk dibuka.
Kadang,
makan sahur denganperasaan berat.
Sedangkan
bagimu, mendapat tempat aman untuk makan saja susah.
Saat
melihat ke atas, pesawat jet tempur seliweran tanpa dosa,
menjatuhkan
ranjau dan bom bagai kelereng.
Kami
dapat membayangkan betul bagaimana perasaan itu.
Perasaan
takut, tegang, dan sedih.
Ah,
menangis pula. Buat apa menangis..
Tak
terhitung air mata yang menetes,
bersamaan
dengan darah yang tumpah.
Selusin,
seratus, seribu berondongan peluru..
Merobek
kulit, menyayat luka.
Satu
per satu gugur, menjadi syuhada.
Tak
kubayangkan bagaimana perasaan itu.
Bagi
seorang ayah, ini adalah dilema terbesar dalam hidupnya.
Pergi
berjuang melawan kafir, ataukah menjaga anak dan istri.
Bagaimanapun
membela agama Allah harus diutamakan.
Seorang
ibu pun tak kalah kalut, dalam balutan cadarnya.
Bersembunyi
di reruntuhan bangunan, mendekap bayi dalam gendongan.
Dalam
hati mendoakan suaminya yang berjihad, mengikhlaskannya..
Lihatlah..
Bagaimana
tentara kafir itu menembakkan timah panasnya dengan bangga.
Tertawa
senang karena mayat-mayat tak berdaya di hadapannya.
Mengendarai
tank besar, sebanyak mungkin menghancurkan bangunan.
Menjatuhkan
rudal, meledakkan bom.
Tak
dihiraukan pria, wanita, ataupun anak-anak.
Ah,
menangis hati ini menyaksikannya.
Namun
tunggu, lihatlah pula..
Bagaimana
dengan gagah berani pria Palestina merapatkan barisan.
Dengan
surban diikat di kepala, batu di tangan.
Lantas
berteriak..
“Allahu
Akbar… Allahu Akbar..”
Syahidlah
jiwa itu.
Tersenyum
menghadap Rabbnya.
Para
istri bangga, suaminya meninggal fi sabilillah.
Tak
ada rasa takut lagi.
Yang
ada hanyalah ridu yang tak terperi.
Rindu
bertemu Nabi, menuju tempat yang dijanjikan.
Ya,
surga itu.
Kawan,
Doaku
selalu menyertaimu.
Semoga
Allah memberi ganjaran terbaik buatmu.
Ah,
malu aku masih mengeluh tentang masalah hidupku.
Rasa-rasanya,
tak ada seujung kuku dari yang kau alami.
Aku
yakin, jihadmu bernilai tinggi di sisiNya.
“Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang
gugur
di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya)
mereka
itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (Qs. 2:154)
*Mari
mengirim Al-Fatihah dan Do'a bagi mereka...
Komentar
Posting Komentar