Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Cerita Sederhana tentang Hutan Rimba

                 Kawan, jika kau belum tahu, tahun ini sepertinya akan heboh oleh dua hal: piala dunia dan pemilu! Melihat situasi Indonesia saat ini yang sedang “hangat” dalam berkampanye partai politik, menjelang pemilu 2014 nanti, membuat atmosfir per-partai-an makin sengit dalam bersaing. Baliho-baliho dipasang di sepanjang jalan, dengan foto jumbo sang caleg tentunya, lengkap dengan koar-koar janji manis jika terpilih. Ah, itu sih lagu lama… Masyarakat kita sudah bosen akan cara lama berkampanye seperti itu. Banyak cara baru kok. Misalnya, seperti yang diusung salah satu partai, menjadikan pemenang konvensi capresnya oleh salah satu ikon raja musik dangdut yang “melegenda” di negeri ini. Tujuannya ya itu: meraup suara terbanyak. Tapi, kawan, buat apa mendiskusikan roda politik yang berputar tak tentu arah itu.   Aku hanya ingin berbagi kisah, kawan. Sebuah kisah, atau lebih tepa...

Curhat Seorang Kawan

            Kawan, aku punya cerita... Petang itu, semilir angin masih mau menyapa tempat saya duduk di belakang mushala Ma’had Tahfidh Al-Qur’an Al-Amien Prenduan, masih di bumi Madura tentunya. Semburat merah jingga sudah hilang ditelan waktu, menandakan malam akan tiba. Beberapa santri terlihat masih serius berkutat dengan ayat-ayat al-qur’an, sebagian lainnya memilih untuk melamun. Rasa syukur menyeruak, mengingat masih mampu menikmati dinamika kehidupan yang lekat dengan al-qur’an dan kesempatan untuk merenungi maknanya. Saya masih terduduk dengan mushaf di tangan, sembari membacanya perlahan. Sambil menikmati suasana petang itu, tiba-tiba saya dikejutkan oleh teman satu angkatan (kelas akhir) yang duduk di samping saya. Menatap saya lekat, seraya berkata “Vis, gimana nih? Aku bingung. Aku ngerasa berat dalam hal ngulang hafalanku. Satu halaman aja butuh konsentrasi tinggi, susah pokoknya.” “Kamu target selesa...

Sejuta Semoga

Kakak perempuan saya, Bilqis F. Nabilah, pernah mengungkapkan perspektifnya terkait tentang maraknya penyebaran penyakit HIV/AIDS di Indonesia. Yang bikin saudari saya geram adalah bagaimana pemerintah ingin meyelesaikan problematika tersebut dengan cara yang tidak bisa dibilang cerdas: menyelenggarakan Pekan Kondom Nasional (PKN). Semua orang, anda pun juga, pasti tahu, memberikan kondom gratis dalam jumlah besar pada masyarakat luas sama saja dengan membuka gerbang “Selamat Datang” pada prostitusi. Hmmm… prostitusi di negeri ini sudah cukup parah, pak menteri, jangan malah diperparah! Berikut tulisan kakak perempuan tercinta saya.  Semoga memberi inspirasi! Sejuta Semoga (Jawaban saya atas Pekan Kondom Nasional) 6 Desember 2013 pukul 0:08 Ah, mungkin saya hanya latah menulis. Ikut-ikutan menulis dan cuap-cuap tentang Pekan Kondom Nasioanal (PKN). Tapi, bagaimana lagi? Saya sudah nggak tahan melihat berita-berita yang simpang siur di TV. ...